Disposisi Mahasiswa Tahun Pertama BETD terhadap Matematika
Abstrak
Kajian ini ditujukan pada penginvestigasian tentang disposisi
dari beberapa guru di sebuah perguruan tinggi pendidikan di Namibia terhadap
matematika. Para guru juga diminta untuk menilai pengetahuan mereka sendiri
tentang silabus pendidikan matematika mereka. Sebuah kuesioner yang dinamai
“Disposisi Mahasiswa Tahun Pertama BETD terhadap Matematika” dirancang untuk
kajian ini. Delapan puluh empat (84) mahasiswa yang senilai dengan 93,33% dari
seluruh populasi target yang diberikan kuesioner. Analisis data menggunakan
frekuensi, persentase, uji-T, analisis varian satu arah.
Kajian ini menunjukkan bahawa sebagian banyak mahasiswa
mempunyai disposisi yang baik tentang matematika. Banyak dari mereka juga
menilai diri mereka sendiri terutama pada kebanyakan topik di dalam silabus.
Juga ditemukan bahwa para mahasiswa laki-laki dapat ditentukan dengan lebih
baik untuk pelajaran dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Akhirnya
sebagaimana yang diharapkan, para mahasiswa dari program Matematika dan Ilmu Alam ditentukan dengan lebih baik untuk
pelajaran dari pada para mahasiswa dari program lainnya. Apa yang sekarang
tersisa untuk dilihat dalam hal apakah para mahasiswa akan mempertahankan
disposisi yang baik ini melalui program ini atau bahkan selain itu.
1.
Pendahuluan
Para guru membentuk satu komponen penting dari sistem
pendidikan di satu negara dalam hal bahwa mereka merupakan penyaring diantara
materi-materi pengajaran dan para mahasiswa dan mereka mengejawantahkan
peraturan-peraturan kependidikan ke dalam praktek di ruang kelas. Dalam
melakukan hal ini, mereka memainkan banyak peranan, diantaranya menghubungkan
satu sama lain dan saling melingkupi. Namun peranan yang pertama dan paling
utama yang dilakukan oleh seorang guru adalah bahwa bagian dari ahli
instruksional. Oyedeji (1998) mendeskripsikan seorang ahli instruksional
sebagai seorang yang merencanakan, mengarahkan dan mengevaluasi pengajaran.
Sistem kependidikan pra-kemerdekaan di Namibia ditandai
dengan fragmentasi berdasarkan ras dan etnis, akses yang tidak sama, tidak
relefannya kurikulum dan kurannya partisipasi demokratis (Komisi Perencanaan
Nasional, 1996). Perbedaan-perbedaan ini dihasilkan dari kebanyakan orang
Namibia yang dihalangi akses mereka untuk pendidikan, khususnya pada tingkat
sekunder dan tersier (Program Perkembangan Persatuan Bangsa-bangsa, 1996). Oleh
karena itu, periode setelah sesegera kemerdekaan di tahun 1990 mencerminkan
permulaan dari beberapa perguruan tinggi bidang pendidikan yang baru saja disusun
kembali. Program ini, yang merupakan satu program dengan durasi tiga tahun guna
menyiapkan para guru untuk menghadapi dan memenuhi tantangan-tantangan untuk
mereformasi dan menyusun kepegawaian sistem kependidikan dasar di Namibia dan
mengkombinasikan pandangan dan keahlian profesional dengan pengetahuan subjek
(Kementerian Pendidikan Tinggi, Pelatihan Kejuruan, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, [MHEVST], 1998).
Program BETD terdiri dari satu blok dasar, yang
merupakan dua periode awal dari tahun pertama pelatihan, dan satu blok
spesialisasi, yang berawal dari periode ketiga dari tahuan pertama pelatihan.
Blok dasar dimasukkan ke dalam program BETD untuk semua
guru agar memastikan bahwa setiap guru memahami konsep utama dari area subjek
di pendidikan dasar. Konsep-konsep ini meliputi: kemampuan dasar matematika
umum dalam pendidikan, sebuah kesadaran terhadap lingkungan, peranan bahasa
dalam pendidikan dan hubungan-hubungan antara orang-orang dan lingkungan.
Luasnya kurikulum dalam BETD menjadikan pendidikan matematika diajarkan baik
sebagai satu kajian dasar bagi semua guru yang mengikuti program dan satu area
kajian yang dikhususkan.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan matematika dikenal oleh
baik negara-negara maju maupun berkembang sebagai komposisi krusial untuk
perkembangan sosio-ekonomi. Di kebanyakan negara, alasan-alasan mendasar untuk
menyandingkan ilmu pengetahuan, teknologi dan matematika di dalam kurikulum
sekolah meliputi: untuk menyiapkan ilmuwan-ilmuwan, ahli teknologi, ahli
matematika, pekerja dengan tangan, serta guru-guru ilmu pengetahuan dan
matematika di masa mendatang (Kent & Towse, 1995). Pentingnya matematika,
ilmu pengetahuan dan teknologi juga dikemukakan oleh Angula (1998) ketika dia
menyatakan bahwa agar supaya ekonomi Namibia dapat tumbuh dan berkembang di
lingkungan yang kompetitif ini, ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi
perubahan yang utama. Dia menambahkan bahwa kajian ilmu pengetahuan dan
matematika harus didorong untuk membangun kompetensi teknis guna mengajarkan
pelajaran-pelajaran dan untuk menggunakan ilmu pengetahuan sebagai sebuah alat
perkembangan.
Menurut
Tjipangandhara dan Kiangi (1996), selama periode sebelum kemerdekaan di Namibia, pengajaran pelajaran ilmu
pengetahuan dasar di sebagian besar sekolah-sekolah untuk kulit putih tidak
didukung. Sebagai hasilnya, di periode-periode segera setelah kemerdekaan,
negara tersebut mempunyai satu kekurangan yang akut dalam hal personel yang
terlatih, khususnya para guru matematika dan pengetahuan dasar serta para
peneliti dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan terapan. Kekurangan para guru
dengan keahlian-keahlian ini juga memberikan dampak pada pengajaran ilmu
pengetahuan dan matematika di sekolah-sekolah menengah. Oleh karena itu,
sekarang ini ada kekurangan banyak orang-orang penting dengan keahlian yang
dibutuhkan untuk penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal
ini merupakan salah satu faktor yang menghalangi integrasi ilmu pengetahuan dan
teknologi ke dalam aktifitas-aktifitas perkembangan sosial di Namibia
(Tjipangandjara, 1996).
2.
Tujuan
Selama proses pengajaran dan pembelajaran, tingkah laku dari para guru
dalam hal pengajaran secara umum dan subjek yang diajarkan secara khusus
dimunculkan. Semua ini pada akhirnya akan mempengaruhi apa yang para guru
ajarkan dan apa yang para mahasiswa pelajari. Oleh karena itu hal ini penting
bagi para guru untuk ditentukan dengan baik untuk pelajaran yang mereka ajarkan
atau dilatih untuk mengajar, sehingga nantinya dapat mendorong terjadinya
perubahan yang diinginkan bagi para mahasiswa.
Oleh karena itu, tujuan dari kajian ini adalah untuk menemukan bagaimana
para mahasiswa tahuan pertama BETD ditentukan untuk matematika dan
pengajarannya. Satu definisi yang berjalan untuk “disposisi para mahasiswa
terhadap matematika dan pengajarannya” untuk kajian ini akan meliputi sikap
para mahasiswa terhadap matematika dan pengajarannya” untuk kajian ini akan
meliputi sikap-sikap dari para mahasiswa terhadap dan ketertarikannya pada
matematika, kelas matematika, permasalahan matematika dan pengajaran
matematika. Tujuan yang lebih luas dari kajian ini adalah untuk menginvestigasi
disposisi dari para mahasiswa di awal dan akhir program dasar dalam pendidikan
matematika, yakni program BETD. Pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini
diajukan untuk kajian:
·
Bagaimana
secara umum para mahasiswa ditentukan dalam matematika?
·
Bagaimana
para mahasiswa menilai pengetahuan mereka akan isi dari silabus pendidikan
matematika?
·
Apakah
terdapat perbedaan-perbedaan jender yang signifikan dalam disposisi dan
penilaian ini?
·
Apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara para mahasiswa dari program kajian
yang berbeda dalam disposisi dan penilaian ini?
3.
Sampel
Sampel untuk kajian ini yang dijadikan bagian dari para mahasiswa tahun
pertama BETD di Perguruan Tinggi Caprivi bidang Pendidikan, Katima Mulilo,
Namibia, yang diterima untuk tahun akademis 2000.
Tabel 1: Distribusi sampel dari beberapa program kajian dan jender
4.
Instrumen
Satu kuesioner yang dinamakan “Disposisi Mahasiswa Tahun Pertama BETD
terhadap Matematika” dirancang untuk kajian ini. Bagian pertama dari kuesioner
ini mengharuskan mahasiswa untuk mengisi isian untuk jenis kelamin dan program
pelajaran mereka. Pada bagian kedua, para mahasiswa diharapkan untuk merespon
keenam-belas pernyataan dalam disposisi mereka terhadap matematika dengan cara
memilih salah satu dari kategori respon berikut Sangat Setuju (SS); Setuju (S);
Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS). Pada bagian ketiga, para mahasiswa
diharapkan untuk menilai pengetahuan mereka akan isi dari silabus dasar dalam
pendidikan matematika apakah: Sangat baik, Baik, Sedang, Kurang atau Sangat
kurang. Kuesioner ini diberikan untuk para mahasiswa di awal program, kuesioner
ini juga diberikan pada mereka di akhir program. Untuk memastikan respon
anonimus dan jujur dari para mahasiswa mereka tidak diharuskan untuk mengisi
nama-nama mereka.
Draft pertama dari kuesioner itu terdiri dari 25 item diberikan untuk
rekan-rekan di jurusan matematika dan ilmu pengetahuan dan untuk beberapa mahasiswa
guna penelitian yang cermat. Formulir terakhir merupakan awalan yang diujikan
dua kali pada 10 mahasiswa di dalam interval dua minggu di awal sesi akademis.
Satu koefisien realibilitas tes-ulang sebesar 0,84 dicapai dalam kuesioner
tersebut. Blok dasar biasanya berlangsung kira-kira dua puluh delapan minggu.
Hal ini diasumsikan bahwa interval dua mingguan di awal dua puluh delapan
minggu ini telah tidak dapat membuat perubahan-perubahan yang signifikan dalam
disposisi para mahasiswa terhadap matematika.
5.
Prosedur analisis data
Respon-respon dari para mahasiswa dianalisa dalam dua cara. Frekuensi dan
persentase dari para mahasiswa yang memilih masing-masing kategori respon di
bagian dua dan tiga dari kuesioner ditemukan dan digunakan dalam
mendeskripsikan disposisi umum dari para mahasiswa dan penilaian dari
pengetahuan mereka akan isi-isi dari silabus.
Untuk bentuk analisis yang kedua, masing-masing mahasiswa diberikan nilai
dalam kategori respon. Respon untuk masing-masing pernyataan yang menggambarkan
disposisi yang baik diberikan nilai 4 untuk “SS”; 3 untuk “S”; 2 untuk “TS” dan
1 untuk “STS”. Nilai-nilai tersebut dibalik untuk pernyataan yang menggambarkan
disposisi negatif. Dalam penilaian silabus, respon-respon tersebut diberikan
skor 5 untuk ‘Sangat baik’; 4 untuk ‘Baik’; 3 untuk ‘Sedang’; 2 untuk ‘Kurang’
dan 1 untuk ‘Sangat kurang’.
Dengan menggunakan uji-T, skor-skor ini digunakan dalam menentukan
signifikansi dari perbedaan jenis kelamin dalam respon-respon tersebut, dan
dengan menggunakan analisis varian satu arah, skor-skor tersebut digunakan
dalam menentukan signifikansi dari perbedaan-perbedaan dalam respon para mahasiswa dari program kajian yang berbeda.
6.
Hasil:
Hasilnya disajikan dibawah masing-masing pertanyaan.
Pertanyaan 1: Bagaimana para mahasiswa
secara umum ditentukan (di-disposisi-kan) untuk matematika? Frekuensi dan
persentase dari para mahasiswa yang memilih masing-masing kategori dari sangat
setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk masing-masing
pernyataan dalam disposisi mereka terhadap matematika ditunjukkan dalam tabel
di bawah ini. Persentase disajikan dalam tanda kurung.
Tabel 2: disposisi umum para mahasiswa terhadap matematika
Dari persentase pada tabel di atas, dapat diobservasikan bahwa kebanyakan mahasiswa
sangat setuju atau setujud dengan pernyataan 1, 2, 5, 8, 10, 12 dan 13.
Persentase untuk sangat setuju atau setuju dengan pernyataan-pernyataan
tersebut berkisar dari 65,48 untuk pernyataan 5 hingga 96,43 untuk pernyataan
8. Selain itu, kebanyakan dari para mahasiswa itu tidak setuju atau sangat
tidak setuju dengan pernyataan 3, 4, 6, 7, 9, 11, 14 dan 16, persentase
tersebut berkisar dari 67,86 untuk pernyataan 14 hingga 95,23 persen untuk
pernyataan 6. Dari respon-respon tersebut dapat dinyatakan bahwa:
·
Kebanyakan
dari mereka mempunyai kepercayaan diri bahwa mereka dapat mengikuti program
pendidikan matematika dengan baik, menikmati matematika dan akan suka untuk
mengajar mata pelajaran tersebut setelah lulus nantinya.
·
Kebanyakan
dari mereka tetap mencoba bahkan jika mereka mempunyai kesulitan dalam
memecahkan soal-soal matematika dan merasa bahwa matematika itu menyenangkan
dan menstimulasi mereka.
·
Mereka
juga bagian dari pandangan bahwa matematika merupakan satu mata pelajaran yang
sangat bermanfaat dan mereka mempunyai keingintahuan untuk mempelajari semua
yang merekda dapat lakukan tentang matematika.
·
Kebanyakan
dari mereka tidak merasa bahwa matematika itu sangat sulit dan tidak takut akan
soal-soal matematika, mereka juga tidak khawatir ketika mereka di dalam kelas
matematika. Kebanyakan dari mereka tidak menganggap matematika itu membosankan
dan mereka yakin bahwa mereka mempunyai potensi untuk mempelajari materi
tersebut.
·
Banyak
dari merkea yang juga menyatakan bahwa mereka membutuhkan matematika yang lebih
banyak dari pada apa yang telah mereka dapatkan di sekolah menengah dan hanya
satu proporsi kecil dari mereka yang meyakini bahwa mengetahui matematika itu
adalah satu anugrah dari Tuhan.
·
Walaupun
demikian, persentase yang agak tinggi dari mereka yang beropini bahwa kemampuan
untuk mengerjakan matematika itu tidak sama di dalam satu keluarga.
Secara umum, seseorang dapat mendeskripsikan bahwa para mahasiswa
mempunyai disposisi yang baik dalam matematika.
Pertanyaan 2: Bagaimana para mahasiswa
menilai pengetahuan mereka sendiri tentang isi-isi dari silabus pendidikan
matematika?
Frekuensi dan persentase dari para mahasiswa yang memilih masing-masing
kategori dari sangat baik, baik, sedang, kurang dan sangat kurang untuk bagian
ketiga dari kuesioner tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Persentase
tersebut terletak di dalam tanda kurung.
Tabel 3: penilaian para mahasiswa dalam hal pengetahuan mereka tentang
isi-isi dari silabus pendidikan matematika
Dari persentasi tersebut dapat diobservasi bahwa satu
proporsi yang tinggi dari para mahasiswa merasa bahwa Angka sebagai satu topik
yang mereka sangat baik atau baik menguasainya. Ukuran, Persentase, dan
Statistik mengikutinya. Hanya sekira setengah dari mereka menilai mereka baik
atau sangat baik dalam hal Pecahan. Pola dalam penilaian untuk Desimal dan
Matematika Komersial agak berbeda dari topik-topik yang lainnya. Persentase
yang tinggi dari para mahasiswa menilai bahwa mereka merasa berkemampuan sedang
untuk kedua topik tersebut dan persentase yang tinggi dalam kategori ‘kurang’
untuk Matematika Komersial. Hal ini berarti bahwa persentase yang tinggi dari
para mahasiswa mereka bahwa topik-topik tersebut sulit.
Dua pertanyaan selanjutnya mengeksplorasi
perbedaan-perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan serta para mahasiswa
dari program kajian yang berbeda dalam disposisi mereka terhadap matematika dan
penilaian mereka terhadap pengetahuan mereka terhadap isi-isi dari silabus
pendidikan matematika. Oleh karena terdapat enam belas item dalam bagian
instrumen penelitian yang mengukur disposisi para mahasiswa terhadap
matematika, skor minimum dan maksimum yang dapat diperoleh secara berurutan 16
dan 64. Untuk bagian penilaian dari pengetahuan mereka terhadap isi-isi dari
silabus pendidikan matematika, skor minimum dan maksimumnya secara berurutan 7
dan 35.
Pertanyaan 3: Apakah
terdapat perbedaan jender yang signifikan di dalam disposisi dan penilaian
tersebut?
Tabel 4: Perbedaan jender dalam disposisi mahasiswa dan
penilaian
Dalam hal disposisi mahasiswa terhadap matematika, t-
yang diobservasi senilai 2,09 yang lebih besar dari pada nilai t- yang kritikal
yakni 1,98 menunjukkan bahwa terdapat satu perbedaan yang signifikan diantara
para mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam disposisi mereka terhadap
matematika. Para mahasiswa laki-laki dengan skor mean yang lebih tinggi yakni
52,31 ditentukan dengan lebih baik untuk subjek tersebut dibandingkan dengan mahasiswa
perempuan yang mempunyai skor mean yakni 48,16. Selain itu, varian dari skor
tersebut untuk laki-laki (66,17) yang lebih rendah dari pada yang untuk mahasiswa
perempuan (97,57) menggambarkan mereka jauh lebih homogen dalam disposisi
mereka dari pada mahasiswa perempuan.
Di sisi yang lain, t- yang diobservasi (1,47) untuk
penilaian para mahasiswa mengenai pengetahuan mereka tentang isi-isi silabus
itu lebih rendah dari pada nilai t- yang kritikal yakni 1,98. Hal ini berarti
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua kelompok dalam
penilaian mereka terhadap pengetahuan tentang isi-isi dari silabus.
Pertanyaan 4: Apakah
terdapat perbedaan yang signifikan diantara para mahasiswa dari program kajian
yang berbeda di dalam disposisi dan penilaian mereka?
Tabel 5: perbedaan-perbedaan antara mahasiswa yang
berasal dari program kajian yang berbeda:
Baik dalam disposisi mahasiswa terhadap matematika dan
penilaian mereka tentang penilaian terhadap isi silabus, F- yang diobservasi
secara berurutan 3,77 dan 6,75 lebih besar dari pada nilai F- yang kritikal
senilai 2,72. Hal ini mengimplikasikan bahwa terdapat perebedaan yang
signifikan diantara para mahasiswa dari program-program kajian yang berbeda
pada dua variabel tersebut. Skor mean mahasiswa dari program kajian yang
berbeda dan varian-nya skor tersebut ditunjukkan dalam tabel perbandingan
berikut ini.
Tabel
6: Perbandingan dari mean dan varian para mahasiswa dari program kajian yang
berbeda
Skor mean tersebut menunjukkan bahwa para mahasiswa
dari program Matematika dan Ilmu Pengetahuan mempunyai disposisi yang lebih
baik dari pada para mahasiswa dari program lainnya. Mereka juga menilai
pengetahuan mereka tentang isi silabus dengan lebih tinggi dari pada para mahasiswa
dari program lainnya. Hal ini perlu diharapkan, karena matematika merupakan
program utama mereka sendiri dan bahwa matematika merupakan satu prasyarat
untuk pengakuannya. Mereka diikuti oleh para mahasiswa dari program Ilmu
Pengetahuan Sosial, Bahasa serta Agrikultur dan Pendidikan lebih rendah secara
berurutan. Varian skor yang sangat tinggi dari para mahasiswa dari program
Agrikultur dan Pendidikan lebih rendah serta Matematika dan Ilmu Pengetahuan
dalam disposisi mereka terhadap matematika mengindikasikan bahwa para mahasiswa
dari program-program tersebut kurang homogen pada variabel tersebut. Oleh
karena itu terdapat satu tingkat perbedaan individual yang lebih tinggi
diantara para mahasiswa dari dua kelompok tersebut dibandingkan dengan dua
kelompok lainnya. Meskipun para mahasiswa dari program Matematika dan Ilmu
Pengetahuan itu paling kohesif dalam penilaian mereka tentang pengetahuan dari
isi silabus pendidikan matematika.
7.
Pembahasan
Hasil utama dari kajian ini adalah bahwa kebanyakan calon guru mempunyai
disposisi yang baik mengenai matematika. Karena karakteristik para gurunya
sendiri menjadi peranan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran
(Morrisay, 1981; Alausa, 1998), disposisi yang baik tersebut dapat membantu
meningkatkan hasil pembelajaran yang diinginkan dari para mahasiswa bahwa
mereka nantinya akan mengajar. Walau bagaimanapun, terdapat hal yang tertinggal
untuk dilihat yakni apakah disposisi-disposisi yang baik itu akan dipertahankan
atau bahkan ditingkatkan melalui proses pelatihan mereka dan hal lain di luar
itu.
Kebanyakan para calon guru juga menilai secara tinggi dalam hal
pengetahuan mereka akan isi dari silabus. Hal ini sangat mengejutkan, karena
kebanyakan dari topik tersebut seharusnya sudah dicapai dalam kurikulum
matematika sekolah menengah. Sehingga kebanyakan dari mereka seharusnya sudah
familiar dengan topik-topik tersebut. Penekanan pada program BETD adalah untuk
mengubah orientasi dari para calon guru dari para mahasiswa yang mempelajari
topik-topik tersebut sebagaimana para guru mengajarkan topik-topik tersebut
para siswanya (Kementerian Pendidikan Tinggi, 1998). Hal ini dapat dilihat
sebagai perkembangan dan selama latihan praktek pengajaran. Penilaian-penilaian
ini akan dikorelasikan dengan performa mereka di akhir program untuk menetukan
apakah mereka kredibel. Meskipun dari pola penilaian Desimal dan Matematika
Komersial, banyak dari mereka nampak merasa topik-topik tersebut sebagai
kesulitan. Oleh karena itu upaya-upaya akan dibuat untuk menerima
penjelasan-penjelasan yang mendetail dalam topik-topik tersebut ketika pada
nantinya waktunya datang.
Kajian tersebut juga menunjukkan bahwa para siswa laki-laki didisposisikan
dengan lebih baik pada matematika dibandingkan dengan para siswa perempuan. Hal
ini menguatkan hasil penelitian lain dari Fennema (1995), Sjoberg (1996) dan
Mettelberg & Lev-Avri (1999). Upaya-upaya tersebut akan dibuat selama
program untuk sebanyak mungkin membantu para siswa perempuan.
Terakhir, kajian ini juga menunjukkan bahwa para siswa dalam program
Matematika dan Ilmu Pengetahuan didisposisikan dengan lebih baik pada
matematika. Hal ini memang semestinya, karena mereka merupakan dari jurusan
tersebut.
Para mahasiswa diikutkan dalam program BETD di perguruan tinggi,
berdasarkan pada satu tes tertulis dan wawancara lisan pada bidang kajian yang
dipilih. Untuk dimasukkan ke dalam program Matematika dan Ilmu Pengetahuan
berarti bahwa mereka telah memilih matematika dan lulus tes serta wawancara
dalam subjek tersebut. Mereka dalam program matematika dan ilmu pengetahuan
juga perlu didisposisikan dengan lebih baik, karena mereka pada akhirnya akan
mengampu subjek tersebut dan tentunya untuk mengajar subjek tersebut setelah
lulus nantinya. Hal penting untuk mereka adalah untuk memepertahankan disposisi
yang baik itu dan mentrasfernya ke dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
8.
Kesimpulan
Kajian tersebut telah menunjukkan bahwa mayoritas dari calon guru itu
mempunyai disposisi pada matematika. Apa yang tersisa untuk dilihat adalah
untuk mempertahankan disposisi tersebut ke dalam pelatihan ini dan khususnya
mereka yang berada dalam program matematika dan ilmu pengetahuan, melaluai
proses belajar mereka di perguruan tinggi dan pengalaman. Meskipun, tujuan yang
lebih luas dari penelitian ini adalah untuk membandingkan disposisi para
mahasiswa di awal dan di akhir pelatihan ini. Dengan hal ini, dampak dari
program ini pada mereka dapat dinilai. Kajian selanjutnya akan juga dilakukan
khususnya dengan mereka yang berada dalam program matematika dan ilmu
pengetahuan untuk memonitor disposisi mereka melalui seluruh proses belajar
mereka di perguruan tinggi.
Penulis: Dr. Y.A. Alausa
Penerjemah: Shiningallspark