Disposisi Mahasiswa Tahun Pertama BETD terhadap Matematika

Abstrak
Kajian ini ditujukan pada penginvestigasian tentang disposisi dari beberapa guru di sebuah perguruan tinggi pendidikan di Namibia terhadap matematika. Para guru juga diminta untuk menilai pengetahuan mereka sendiri tentang silabus pendidikan matematika mereka. Sebuah kuesioner yang dinamai “Disposisi Mahasiswa Tahun Pertama BETD terhadap Matematika” dirancang untuk kajian ini. Delapan puluh empat (84) mahasiswa yang senilai dengan 93,33% dari seluruh populasi target yang diberikan kuesioner. Analisis data menggunakan frekuensi, persentase, uji-T, analisis varian satu arah.
Kajian ini menunjukkan bahawa sebagian banyak mahasiswa mempunyai disposisi yang baik tentang matematika. Banyak dari mereka juga menilai diri mereka sendiri terutama pada kebanyakan topik di dalam silabus. Juga ditemukan bahwa para mahasiswa laki-laki dapat ditentukan dengan lebih baik untuk pelajaran dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Akhirnya sebagaimana yang diharapkan, para mahasiswa dari program Matematika dan  Ilmu Alam ditentukan dengan lebih baik untuk pelajaran dari pada para mahasiswa dari program lainnya. Apa yang sekarang tersisa untuk dilihat dalam hal apakah para mahasiswa akan mempertahankan disposisi yang baik ini melalui program ini atau bahkan selain itu.

1.      Pendahuluan
Para guru membentuk satu komponen penting dari sistem pendidikan di satu negara dalam hal bahwa mereka merupakan penyaring diantara materi-materi pengajaran dan para mahasiswa dan mereka mengejawantahkan peraturan-peraturan kependidikan ke dalam praktek di ruang kelas. Dalam melakukan hal ini, mereka memainkan banyak peranan, diantaranya menghubungkan satu sama lain dan saling melingkupi. Namun peranan yang pertama dan paling utama yang dilakukan oleh seorang guru adalah bahwa bagian dari ahli instruksional. Oyedeji (1998) mendeskripsikan seorang ahli instruksional sebagai seorang yang merencanakan, mengarahkan dan mengevaluasi pengajaran.
Sistem kependidikan pra-kemerdekaan di Namibia ditandai dengan fragmentasi berdasarkan ras dan etnis, akses yang tidak sama, tidak relefannya kurikulum dan kurannya partisipasi demokratis (Komisi Perencanaan Nasional, 1996). Perbedaan-perbedaan ini dihasilkan dari kebanyakan orang Namibia yang dihalangi akses mereka untuk pendidikan, khususnya pada tingkat sekunder dan tersier (Program Perkembangan Persatuan Bangsa-bangsa, 1996). Oleh karena itu, periode setelah sesegera kemerdekaan di tahun 1990 mencerminkan permulaan dari beberapa perguruan tinggi bidang pendidikan yang baru saja disusun kembali. Program ini, yang merupakan satu program dengan durasi tiga tahun guna menyiapkan para guru untuk menghadapi dan memenuhi tantangan-tantangan untuk mereformasi dan menyusun kepegawaian sistem kependidikan dasar di Namibia dan mengkombinasikan pandangan dan keahlian profesional dengan pengetahuan subjek (Kementerian Pendidikan Tinggi, Pelatihan Kejuruan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, [MHEVST], 1998).
Program BETD terdiri dari satu blok dasar, yang merupakan dua periode awal dari tahun pertama pelatihan, dan satu blok spesialisasi, yang berawal dari periode ketiga dari tahuan pertama pelatihan.
Blok dasar dimasukkan ke dalam program BETD untuk semua guru agar memastikan bahwa setiap guru memahami konsep utama dari area subjek di pendidikan dasar. Konsep-konsep ini meliputi: kemampuan dasar matematika umum dalam pendidikan, sebuah kesadaran terhadap lingkungan, peranan bahasa dalam pendidikan dan hubungan-hubungan antara orang-orang dan lingkungan. Luasnya kurikulum dalam BETD menjadikan pendidikan matematika diajarkan baik sebagai satu kajian dasar bagi semua guru yang mengikuti program dan satu area kajian yang dikhususkan.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan matematika dikenal oleh baik negara-negara maju maupun berkembang sebagai komposisi krusial untuk perkembangan sosio-ekonomi. Di kebanyakan negara, alasan-alasan mendasar untuk menyandingkan ilmu pengetahuan, teknologi dan matematika di dalam kurikulum sekolah meliputi: untuk menyiapkan ilmuwan-ilmuwan, ahli teknologi, ahli matematika, pekerja dengan tangan, serta guru-guru ilmu pengetahuan dan matematika di masa mendatang (Kent & Towse, 1995). Pentingnya matematika, ilmu pengetahuan dan teknologi juga dikemukakan oleh Angula (1998) ketika dia menyatakan bahwa agar supaya ekonomi Namibia dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan yang kompetitif ini, ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi perubahan yang utama. Dia menambahkan bahwa kajian ilmu pengetahuan dan matematika harus didorong untuk membangun kompetensi teknis guna mengajarkan pelajaran-pelajaran dan untuk menggunakan ilmu pengetahuan sebagai sebuah alat perkembangan.
Menurut Tjipangandhara dan Kiangi (1996), selama periode sebelum kemerdekaan  di Namibia, pengajaran pelajaran ilmu pengetahuan dasar di sebagian besar sekolah-sekolah untuk kulit putih tidak didukung. Sebagai hasilnya, di periode-periode segera setelah kemerdekaan, negara tersebut mempunyai satu kekurangan yang akut dalam hal personel yang terlatih, khususnya para guru matematika dan pengetahuan dasar serta para peneliti dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan terapan. Kekurangan para guru dengan keahlian-keahlian ini juga memberikan dampak pada pengajaran ilmu pengetahuan dan matematika di sekolah-sekolah menengah. Oleh karena itu, sekarang ini ada kekurangan banyak orang-orang penting dengan keahlian yang dibutuhkan untuk penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menghalangi integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam aktifitas-aktifitas perkembangan sosial di Namibia (Tjipangandjara, 1996).

2.      Tujuan
Selama proses pengajaran dan pembelajaran, tingkah laku dari para guru dalam hal pengajaran secara umum dan subjek yang diajarkan secara khusus dimunculkan. Semua ini pada akhirnya akan mempengaruhi apa yang para guru ajarkan dan apa yang para mahasiswa pelajari. Oleh karena itu hal ini penting bagi para guru untuk ditentukan dengan baik untuk pelajaran yang mereka ajarkan atau dilatih untuk mengajar, sehingga nantinya dapat mendorong terjadinya perubahan yang diinginkan bagi para mahasiswa.
Oleh karena itu, tujuan dari kajian ini adalah untuk menemukan bagaimana para mahasiswa tahuan pertama BETD ditentukan untuk matematika dan pengajarannya. Satu definisi yang berjalan untuk “disposisi para mahasiswa terhadap matematika dan pengajarannya” untuk kajian ini akan meliputi sikap para mahasiswa terhadap matematika dan pengajarannya” untuk kajian ini akan meliputi sikap-sikap dari para mahasiswa terhadap dan ketertarikannya pada matematika, kelas matematika, permasalahan matematika dan pengajaran matematika. Tujuan yang lebih luas dari kajian ini adalah untuk menginvestigasi disposisi dari para mahasiswa di awal dan akhir program dasar dalam pendidikan matematika, yakni program BETD. Pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini diajukan untuk kajian:
·         Bagaimana secara umum para mahasiswa ditentukan dalam matematika?
·         Bagaimana para mahasiswa menilai pengetahuan mereka akan isi dari silabus pendidikan matematika?
·         Apakah terdapat perbedaan-perbedaan jender yang signifikan dalam disposisi dan penilaian ini?
·         Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara para mahasiswa dari program kajian yang berbeda dalam disposisi dan penilaian ini?

3.      Sampel
Sampel untuk kajian ini yang dijadikan bagian dari para mahasiswa tahun pertama BETD di Perguruan Tinggi Caprivi bidang Pendidikan, Katima Mulilo, Namibia, yang diterima untuk tahun akademis 2000.
Tabel 1: Distribusi sampel dari beberapa program kajian dan jender
4.      Instrumen
Satu kuesioner yang dinamakan “Disposisi Mahasiswa Tahun Pertama BETD terhadap Matematika” dirancang untuk kajian ini. Bagian pertama dari kuesioner ini mengharuskan mahasiswa untuk mengisi isian untuk jenis kelamin dan program pelajaran mereka. Pada bagian kedua, para mahasiswa diharapkan untuk merespon keenam-belas pernyataan dalam disposisi mereka terhadap matematika dengan cara memilih salah satu dari kategori respon berikut Sangat Setuju (SS); Setuju (S); Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS). Pada bagian ketiga, para mahasiswa diharapkan untuk menilai pengetahuan mereka akan isi dari silabus dasar dalam pendidikan matematika apakah: Sangat baik, Baik, Sedang, Kurang atau Sangat kurang. Kuesioner ini diberikan untuk para mahasiswa di awal program, kuesioner ini juga diberikan pada mereka di akhir program. Untuk memastikan respon anonimus dan jujur dari para mahasiswa mereka tidak diharuskan untuk mengisi nama-nama mereka.
Draft pertama dari kuesioner itu terdiri dari 25 item diberikan untuk rekan-rekan di jurusan matematika dan ilmu pengetahuan dan untuk beberapa mahasiswa guna penelitian yang cermat. Formulir terakhir merupakan awalan yang diujikan dua kali pada 10 mahasiswa di dalam interval dua minggu di awal sesi akademis. Satu koefisien realibilitas tes-ulang sebesar 0,84 dicapai dalam kuesioner tersebut. Blok dasar biasanya berlangsung kira-kira dua puluh delapan minggu. Hal ini diasumsikan bahwa interval dua mingguan di awal dua puluh delapan minggu ini telah tidak dapat membuat perubahan-perubahan yang signifikan dalam disposisi para mahasiswa terhadap matematika.

5.      Prosedur analisis data
Respon-respon dari para mahasiswa dianalisa dalam dua cara. Frekuensi dan persentase dari para mahasiswa yang memilih masing-masing kategori respon di bagian dua dan tiga dari kuesioner ditemukan dan digunakan dalam mendeskripsikan disposisi umum dari para mahasiswa dan penilaian dari pengetahuan mereka akan isi-isi dari silabus.
Untuk bentuk analisis yang kedua, masing-masing mahasiswa diberikan nilai dalam kategori respon. Respon untuk masing-masing pernyataan yang menggambarkan disposisi yang baik diberikan nilai 4 untuk “SS”; 3 untuk “S”; 2 untuk “TS” dan 1 untuk “STS”. Nilai-nilai tersebut dibalik untuk pernyataan yang menggambarkan disposisi negatif. Dalam penilaian silabus, respon-respon tersebut diberikan skor 5 untuk ‘Sangat baik’; 4 untuk ‘Baik’; 3 untuk ‘Sedang’; 2 untuk ‘Kurang’ dan 1 untuk ‘Sangat kurang’.
Dengan menggunakan uji-T, skor-skor ini digunakan dalam menentukan signifikansi dari perbedaan jenis kelamin dalam respon-respon tersebut, dan dengan menggunakan analisis varian satu arah, skor-skor tersebut digunakan dalam menentukan signifikansi dari perbedaan-perbedaan dalam respon para mahasiswa dari program kajian yang berbeda.

6.      Hasil:
Hasilnya disajikan dibawah masing-masing pertanyaan.
Pertanyaan 1: Bagaimana para mahasiswa secara umum ditentukan (di-disposisi-kan) untuk matematika? Frekuensi dan persentase dari para mahasiswa yang memilih masing-masing kategori dari sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk masing-masing pernyataan dalam disposisi mereka terhadap matematika ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Persentase disajikan dalam tanda kurung.
Tabel 2: disposisi umum para mahasiswa terhadap matematika
Dari persentase pada tabel di atas, dapat diobservasikan bahwa kebanyakan mahasiswa sangat setuju atau setujud dengan pernyataan 1, 2, 5, 8, 10, 12 dan 13. Persentase untuk sangat setuju atau setuju dengan pernyataan-pernyataan tersebut berkisar dari 65,48 untuk pernyataan 5 hingga 96,43 untuk pernyataan 8. Selain itu, kebanyakan dari para mahasiswa itu tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan 3, 4, 6, 7, 9, 11, 14 dan 16, persentase tersebut berkisar dari 67,86 untuk pernyataan 14 hingga 95,23 persen untuk pernyataan 6. Dari respon-respon tersebut dapat dinyatakan bahwa:
·         Kebanyakan dari mereka mempunyai kepercayaan diri bahwa mereka dapat mengikuti program pendidikan matematika dengan baik, menikmati matematika dan akan suka untuk mengajar mata pelajaran tersebut setelah lulus nantinya.
·         Kebanyakan dari mereka tetap mencoba bahkan jika mereka mempunyai kesulitan dalam memecahkan soal-soal matematika dan merasa bahwa matematika itu menyenangkan dan menstimulasi mereka.
·         Mereka juga bagian dari pandangan bahwa matematika merupakan satu mata pelajaran yang sangat bermanfaat dan mereka mempunyai keingintahuan untuk mempelajari semua yang merekda dapat lakukan tentang matematika.
·         Kebanyakan dari mereka tidak merasa bahwa matematika itu sangat sulit dan tidak takut akan soal-soal matematika, mereka juga tidak khawatir ketika mereka di dalam kelas matematika. Kebanyakan dari mereka tidak menganggap matematika itu membosankan dan mereka yakin bahwa mereka mempunyai potensi untuk mempelajari materi tersebut.
·         Banyak dari merkea yang juga menyatakan bahwa mereka membutuhkan matematika yang lebih banyak dari pada apa yang telah mereka dapatkan di sekolah menengah dan hanya satu proporsi kecil dari mereka yang meyakini bahwa mengetahui matematika itu adalah satu anugrah dari Tuhan.
·         Walaupun demikian, persentase yang agak tinggi dari mereka yang beropini bahwa kemampuan untuk mengerjakan matematika itu tidak sama di dalam satu keluarga.
Secara umum, seseorang dapat mendeskripsikan bahwa para mahasiswa mempunyai disposisi yang baik dalam matematika.

Pertanyaan 2: Bagaimana para mahasiswa menilai pengetahuan mereka sendiri tentang isi-isi dari silabus pendidikan matematika?
Frekuensi dan persentase dari para mahasiswa yang memilih masing-masing kategori dari sangat baik, baik, sedang, kurang dan sangat kurang untuk bagian ketiga dari kuesioner tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Persentase tersebut terletak di dalam tanda kurung.
Tabel 3: penilaian para mahasiswa dalam hal pengetahuan mereka tentang isi-isi dari silabus pendidikan matematika
Dari persentasi tersebut dapat diobservasi bahwa satu proporsi yang tinggi dari para mahasiswa merasa bahwa Angka sebagai satu topik yang mereka sangat baik atau baik menguasainya. Ukuran, Persentase, dan Statistik mengikutinya. Hanya sekira setengah dari mereka menilai mereka baik atau sangat baik dalam hal Pecahan. Pola dalam penilaian untuk Desimal dan Matematika Komersial agak berbeda dari topik-topik yang lainnya. Persentase yang tinggi dari para mahasiswa menilai bahwa mereka merasa berkemampuan sedang untuk kedua topik tersebut dan persentase yang tinggi dalam kategori ‘kurang’ untuk Matematika Komersial. Hal ini berarti bahwa persentase yang tinggi dari para mahasiswa mereka bahwa topik-topik tersebut sulit.
Dua pertanyaan selanjutnya mengeksplorasi perbedaan-perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan serta para mahasiswa dari program kajian yang berbeda dalam disposisi mereka terhadap matematika dan penilaian mereka terhadap pengetahuan mereka terhadap isi-isi dari silabus pendidikan matematika. Oleh karena terdapat enam belas item dalam bagian instrumen penelitian yang mengukur disposisi para mahasiswa terhadap matematika, skor minimum dan maksimum yang dapat diperoleh secara berurutan 16 dan 64. Untuk bagian penilaian dari pengetahuan mereka terhadap isi-isi dari silabus pendidikan matematika, skor minimum dan maksimumnya secara berurutan 7 dan 35.
Pertanyaan 3: Apakah terdapat perbedaan jender yang signifikan di dalam disposisi dan penilaian tersebut?
Tabel 4: Perbedaan jender dalam disposisi mahasiswa dan penilaian
Dalam hal disposisi mahasiswa terhadap matematika, t- yang diobservasi senilai 2,09 yang lebih besar dari pada nilai t- yang kritikal yakni 1,98 menunjukkan bahwa terdapat satu perbedaan yang signifikan diantara para mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam disposisi mereka terhadap matematika. Para mahasiswa laki-laki dengan skor mean yang lebih tinggi yakni 52,31 ditentukan dengan lebih baik untuk subjek tersebut dibandingkan dengan mahasiswa perempuan yang mempunyai skor mean yakni 48,16. Selain itu, varian dari skor tersebut untuk laki-laki (66,17) yang lebih rendah dari pada yang untuk mahasiswa perempuan (97,57) menggambarkan mereka jauh lebih homogen dalam disposisi mereka dari pada mahasiswa perempuan.
Di sisi yang lain, t- yang diobservasi (1,47) untuk penilaian para mahasiswa mengenai pengetahuan mereka tentang isi-isi silabus itu lebih rendah dari pada nilai t- yang kritikal yakni 1,98. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua kelompok dalam penilaian mereka terhadap pengetahuan tentang isi-isi dari silabus.
Pertanyaan 4: Apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara para mahasiswa dari program kajian yang berbeda di dalam disposisi dan penilaian mereka?
Tabel 5: perbedaan-perbedaan antara mahasiswa yang berasal dari program kajian yang berbeda:
Baik dalam disposisi mahasiswa terhadap matematika dan penilaian mereka tentang penilaian terhadap isi silabus, F- yang diobservasi secara berurutan 3,77 dan 6,75 lebih besar dari pada nilai F- yang kritikal senilai 2,72. Hal ini mengimplikasikan bahwa terdapat perebedaan yang signifikan diantara para mahasiswa dari program-program kajian yang berbeda pada dua variabel tersebut. Skor mean mahasiswa dari program kajian yang berbeda dan varian-nya skor tersebut ditunjukkan dalam tabel perbandingan berikut ini.
Tabel 6: Perbandingan dari mean dan varian para mahasiswa dari program kajian yang berbeda
Skor mean tersebut menunjukkan bahwa para mahasiswa dari program Matematika dan Ilmu Pengetahuan mempunyai disposisi yang lebih baik dari pada para mahasiswa dari program lainnya. Mereka juga menilai pengetahuan mereka tentang isi silabus dengan lebih tinggi dari pada para mahasiswa dari program lainnya. Hal ini perlu diharapkan, karena matematika merupakan program utama mereka sendiri dan bahwa matematika merupakan satu prasyarat untuk pengakuannya. Mereka diikuti oleh para mahasiswa dari program Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa serta Agrikultur dan Pendidikan lebih rendah secara berurutan. Varian skor yang sangat tinggi dari para mahasiswa dari program Agrikultur dan Pendidikan lebih rendah serta Matematika dan Ilmu Pengetahuan dalam disposisi mereka terhadap matematika mengindikasikan bahwa para mahasiswa dari program-program tersebut kurang homogen pada variabel tersebut. Oleh karena itu terdapat satu tingkat perbedaan individual yang lebih tinggi diantara para mahasiswa dari dua kelompok tersebut dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Meskipun para mahasiswa dari program Matematika dan Ilmu Pengetahuan itu paling kohesif dalam penilaian mereka tentang pengetahuan dari isi silabus pendidikan matematika.

7.      Pembahasan
Hasil utama dari kajian ini adalah bahwa kebanyakan calon guru mempunyai disposisi yang baik mengenai matematika. Karena karakteristik para gurunya sendiri menjadi peranan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran (Morrisay, 1981; Alausa, 1998), disposisi yang baik tersebut dapat membantu meningkatkan hasil pembelajaran yang diinginkan dari para mahasiswa bahwa mereka nantinya akan mengajar. Walau bagaimanapun, terdapat hal yang tertinggal untuk dilihat yakni apakah disposisi-disposisi yang baik itu akan dipertahankan atau bahkan ditingkatkan melalui proses pelatihan mereka dan hal lain di luar itu.
Kebanyakan para calon guru juga menilai secara tinggi dalam hal pengetahuan mereka akan isi dari silabus. Hal ini sangat mengejutkan, karena kebanyakan dari topik tersebut seharusnya sudah dicapai dalam kurikulum matematika sekolah menengah. Sehingga kebanyakan dari mereka seharusnya sudah familiar dengan topik-topik tersebut. Penekanan pada program BETD adalah untuk mengubah orientasi dari para calon guru dari para mahasiswa yang mempelajari topik-topik tersebut sebagaimana para guru mengajarkan topik-topik tersebut para siswanya (Kementerian Pendidikan Tinggi, 1998). Hal ini dapat dilihat sebagai perkembangan dan selama latihan praktek pengajaran. Penilaian-penilaian ini akan dikorelasikan dengan performa mereka di akhir program untuk menetukan apakah mereka kredibel. Meskipun dari pola penilaian Desimal dan Matematika Komersial, banyak dari mereka nampak merasa topik-topik tersebut sebagai kesulitan. Oleh karena itu upaya-upaya akan dibuat untuk menerima penjelasan-penjelasan yang mendetail dalam topik-topik tersebut ketika pada nantinya waktunya datang.
Kajian tersebut juga menunjukkan bahwa para siswa laki-laki didisposisikan dengan lebih baik pada matematika dibandingkan dengan para siswa perempuan. Hal ini menguatkan hasil penelitian lain dari Fennema (1995), Sjoberg (1996) dan Mettelberg & Lev-Avri (1999). Upaya-upaya tersebut akan dibuat selama program untuk sebanyak mungkin membantu para siswa perempuan.
Terakhir, kajian ini juga menunjukkan bahwa para siswa dalam program Matematika dan Ilmu Pengetahuan didisposisikan dengan lebih baik pada matematika. Hal ini memang semestinya, karena mereka merupakan dari jurusan tersebut.
Para mahasiswa diikutkan dalam program BETD di perguruan tinggi, berdasarkan pada satu tes tertulis dan wawancara lisan pada bidang kajian yang dipilih. Untuk dimasukkan ke dalam program Matematika dan Ilmu Pengetahuan berarti bahwa mereka telah memilih matematika dan lulus tes serta wawancara dalam subjek tersebut. Mereka dalam program matematika dan ilmu pengetahuan juga perlu didisposisikan dengan lebih baik, karena mereka pada akhirnya akan mengampu subjek tersebut dan tentunya untuk mengajar subjek tersebut setelah lulus nantinya. Hal penting untuk mereka adalah untuk memepertahankan disposisi yang baik itu dan mentrasfernya ke dalam proses pengajaran dan pembelajaran.

8.      Kesimpulan
Kajian tersebut telah menunjukkan bahwa mayoritas dari calon guru itu mempunyai disposisi pada matematika. Apa yang tersisa untuk dilihat adalah untuk mempertahankan disposisi tersebut ke dalam pelatihan ini dan khususnya mereka yang berada dalam program matematika dan ilmu pengetahuan, melaluai proses belajar mereka di perguruan tinggi dan pengalaman. Meskipun, tujuan yang lebih luas dari penelitian ini adalah untuk membandingkan disposisi para mahasiswa di awal dan di akhir pelatihan ini. Dengan hal ini, dampak dari program ini pada mereka dapat dinilai. Kajian selanjutnya akan juga dilakukan khususnya dengan mereka yang berada dalam program matematika dan ilmu pengetahuan untuk memonitor disposisi mereka melalui seluruh proses belajar mereka di perguruan tinggi.

Penulis: Dr. Y.A. Alausa
Penerjemah: Shiningallspark